gravatar

Renungan Setelah Padhang Mbulan : Hanya Sementara

Hanya Sementara
(Renungan Setelah Padhang Mbulan)

Entah sejak kapan saya mengetahu makhluk yang bernama manusia. mungkin bagi orang lain, ini aneh, bodoh. Tapi, bagi saya merupakan keajaiban yang dikehendaki Tuhan. Sebenarnya Kehendak tuhan tidak mampu kita prediksi. Saat ini, detik ini, menit ini, atau jam ini, kita melakukan sesuatu pasti akan berbeda dengan tindakan pada menit-menit nanti.

Pada perjalanan saya ke Padhang Mbulan, jombang, memprediksi bahwa saya akan memperoleh kelancaran. Di sana saya akan menemukan banyak teman, sodara dan tentunya ilmu yang semampu saya rekam. Entah ada makhluk apa yang mengelilingi saya.

Waktu di perjalanan, air hujan yang tumpah begitu saja, telah menyambut keberangkatanku. Sehingga celana, baju, hingga bagian terdalam-pun tak luput oleh serangan-serangan air hujan.

Jalan yang kulewati melalui Jl. Spanjang menuju By Pass Krian, entah kenapa hatiku berbisik, "Cik suwine,..." Kok lama banget padahal Gas Sepedah Motor sudah kutancap hingga 80. Tapi, kok belum sampai-sampai juga, kok belum nampak pintu kota Jombang?.

Sepedah Motor yang awalnya dikendarai adik saya, karena kulihat baju dan celana yang ia pakai sudah basah kuyub, maka saya menggantikan di depan.

Sebenarnya saya cukup sering ke Jombang, tapi kok aneh. Saat masuk Krian, kok lupa jalannya. Sehingga hati saya Grundel, "Ohh.....ini gara-gara CN..!!" lho kok bisa..?? Beliau khan sering Ngomong.
"Kon iku rek, satu menit yang lalu udah lupa, sejam yang lalu udah lupa, bahkan 100 hari yang lalu wis hilang". Kata beliau di tiap-tiap acara.

Gara-gara itu, saya grundel, "Oalah cak-cak, iki goro-goro sampean, sapai saya gampang lupa".
Apa yang disampaikan beliau, satu, dua, jam saya masih ingat, masih ada. Tapi setelah di bawa pulang ke surabaya lagi, hilang deh... apa yang disampaikan. Apa mungkin yang belaiu sampaikan Mustajab??

Kadang saya ingin protes sekeras-kerasnya. "Ya mbok jangan bicara seperti itu lagi poO cak, dadi lali temen iiki". Heee heee

Nah... begitulah saya. Ilmu yang disampaikan CN, Cak Fuad, kadang hilang tercecer-cecer di jalan berbarengan dengan pulangku ke surabaya. Hiii hiii
Opo aku iki kakean maksiat???
Cahaya Ilmu yang begitu dahsyatnya, kok hanya sementara nyantol di kepalaku. Ohh...Robb, moga aja ada keajaiban.

========
Kemarin tidak HAFAL, sekarang LUPA.

*Renungan Habis acara Padhang Mbulan di kamar sendiri. Dari pada mikir yang aneh-aneh, mendingan Nulis apa yang masih Nyantol di otak.
Mohon maaf jika ada yang tidak berkenan.


Suroboyo, Thursday, 04 February 2010



JM BBW Surabaya

gravatar

Diplorotin Celananya

Diplorotin Celananya

Sudah berapa lama kita seperti ini. Bahkan Ki Ndableg ngrundel dalam percakapannya setiap hari. Ki Ndableg, terus ngomong ngalor-ngidul tanpa batas. Dan lagi-lagi, ia mengajukan pertanyaan dan kemudian ia jawab sendiri pertanyaan itu.

"Brakkk..."
dibanting pintu kamarnya dengan keras.

"Saya ini bukan Nabi, Malaikat, atau Petani, tukang kebun, apalagi Presiden, Jendral" Ki Ndableg mbentak2 di depan cermin.
"Haa haaa... Lha emang siapa yang ngomong kon iku Nabi, jendral dll..."
dengan wajah serius, lebih dekat Ki Ndableg melotot ke cermin. menjawab pertanyaan sendiri.
"Hehh... rungokno yo cok, saya pake surban, ada org langsung meminta saya ngajari baca qur'an, saya pake mobil, dipinta lagi berapa harganya, darimana asalnya. Tidak ada kedewasaan sedikit-pun."

"haa ha haaaa.... " Ki Ndableg ketawa sambil kakinya mancal-mancal. bahkan sampai ber-jam-jam. Buku, koran kardus yang biasa ia pakai tidur dan sholat, jadi berantakan.
Entah setan apa yang merasuki Ki Ndableg. Seandainya Jin, setan atu iblis manapun, akan takut jika berpapasan dengan Ki Ndableg. Mungkin bukan setan yang merasuki Ki Ndableg, karena sebenarnya setan sendiri takut kerasukan Ki Ndableg.

tiba-tiba
"Matane suwek, matane suwek, matane suwek...."
"Ndas kroaaaaaaak..."
"Diploroti celononeee.........."

otot-otot Ki Ndableg jadi kaku, hingga nyempul keluar, bagai pemain tinju mau jotos lawan.
"Lha sopo sing diploroti celonone Dull....?"
"Haa haaa..... Ndas kroak, dimana dirimu hahh...? lihatlah pada sekililingmu, jangan hanya makan, turu, nelek, makan, turu nelek tok.."
Lag-ilagi Ki Ndableg menjawab pertanyaannya sendiri.

"Dengar, tidak pantas saya menasehati, mengkhutbahi" Ki Ndableg Sambil menunjuk ke seluruh ruangan kamar.
"Duna akhirat yang terpenting adalah apa yg ia lakukan untuk orang banyak, dicatat atau tidak, diketaui atau tidak, masuk koran atau tidak, dapat penghargaan/award atau tidak, itu identitas cok...!!"

"hii hii hiii..."Ki Ndableg mringissss....hingga keliatan gigi2nya yg kuning karena 6 hari hanya mandi sekali saja. bagi dia, itu pun pemborosan.
"Ingat, nabi dan rosul pun cuma diolewati untuk disampaikan kepada semua Jin dan Manusia".

"Selama ini kita tidak terasa sedang dalam pemerkosaan".
"Maksdunya apaaaaaa.>..!!"
Ki Ndableg berdialog sendiri sambil menahan geli.

"Kita dalam satu instansi, lembaga, sekolah, kuliahan, aktivis kemahasiswaan, sedikit-demi sedikit sedang diplorotin celananya".
"kita masih belum diperkosa, masih dipreteli disek....!!"

"diplorotin celananya adalah dibuka habis-habisan Aurat-nya"
"Pendidikan diplorortin hingga terkuak mafia-mafia pendidik yg membohongi murid, dosen main mata dengan mahasiswi-nya, kiai menihaki dua, tiga, lima, bahkan maunya sepuluh santri wanitanya".

"kita dengar dan lihat itu....???"
Ki Ndableg menunjuk ke salah satu lemari yg penuh dengan buku2 perkuliahannya.
"Siapa yang plorotin???"
"lihat..!! informasi-informasi yang begitu cepat, telah mengalihkan pandangan kita"
Ki Ndableg sedikit menahan tangis.

"Hedonisme informasi, feodalisme budaya, ketidak mampuan intelektual, Peteng ndedet-nya spiritual itu semua telah menutupi Aurat-aurat kita"

kali ini Ki Ndableg benar2 menangis. Seperti biasa, semua buku2, majalah koran yang dari dulu menemani ia di kamar, berantakan tak karuan.

"Ada yg melorot ke sumur secara pelan2 oleh prilaku dan statement2-nya sendiri"
"kita ngomong ngalor-ngidul soal ini, itu, karena ada tendensi"

"mendewa-dewakan orang Sholeh di kampung yang sebenarnya masuk ke dalam tempurung"
"Hii hiiii hiiii...." Ki Ndableg tertawa melebihi nini pelet kalau ketawa.

"ndas kroaak...!!"
"katak dalam tempurung maksudnya hal-hal tempurungnya, segala yang melingkupi dirinya sehingga ia mau dianggap baik oleh masyarkatnya".
"sebenarnya ia tidak mengerti persoalan2 masyarakat luas, ia ndak merasa ia sedang dalam tempurung. Tetapi karena dijunjung oleh orang banyak ia baik, ia soleh, ia berjilbab, ia bersorban, ia habis pergi haji dan nggak mau kalau ndak dipanggil Pak haji..!!"

Ki Ndableg sambil melotot matanya.
"Sehinggga pada suatu saat ia akan memalukan bahkan mempermalukan dirinya lambat atau cepat".

Ki Ndableg Mengakhiri dengan nada tegas, seperti sang proklamator RI.

*Begitulah dulur, hari-hari Ki Ndableg selalu bertanya dan menjawab pertanyaannya sendiri.

Suroboyo, 29 January 2010


JM BBW Surabaya

gravatar

Batara Ismaya, Betoro Ismoyo Yakni Semar

Batara Ismaya, Betoro Ismoyo Yakni Semar
Banyak sekali khasanah-khasanah Jawa hilang. Generasi sekarang banyak yang gak tahu, entah memang gak tahu, nggak mau tahu, atau udah nggak pernah ada yang kasih tahu. Sungguh kasihan anak-anak cucu kita.

Simak dengan mata tajam anda.

Banyak Pribahasa jawa yang lupa dan hilang begitu saja, berikut sedikit tentang hal itu, semoga ada yang tahu. :

Sabdo Palon Noyo Genggong

Sabdo Jati Doyo Among Rogo

Tentang SEMAR. itu ada tiga (3).
1. Semar Mesem: Ngadep Pengeran Kudune Mesem
2. Semar Koncong: Ngadep Pengeran Kudune Ngacung
3. Semar Kuning: Ngadep Pengeran Kudune Hening.

Jadi semar itu tidak jelas ya ? ..laki bukan, perempuan bukan , dibilang isi ya kosong ,dibilang kosong ya isi ,ada tapi tidak ada...semu dan samar-samar.
Tapi, jangan ke mana-mana, simak tentang TOKOH semar berikut :

Batara Semar
MAYA adalah sebuah cahaya hitam. Cahaya hitam tersebut untuk menyamarkan segala sesuatu.

Yang ada itu sesungguhnya tidak ada.
Yang sesungguhnya ada, ternyata bukan.
Yang bukan dikira iya.
Yang wanter (bersemangat) hatinya, hilang kewanterane (semangatnya), sebab takut kalau keliru.

Maya, atau Ismaya, cahaya hitam, juga disebut SEMAR artinya tersamar, atau tidak jelas.
Di dalam cerita pewayangan, Semar adalah putra Sang Hyang Wisesa, ia diberi anugerah mustika manik astagina, yang mempunyai 8 daya, yaitu:

1. tidak pernah lapar
2. tidak pernah mengantuk
3. tidak pernah jatuh cinta
4. tidak pernah bersedih
5. tidak pernah merasa capek
6. tidak pernah menderita sakit
7. tidak pernah kepanasan
8. tidak pernah kedinginan

kedelapan daya tersebut diikat pada rambut yang ada di ubun-ubun atau kuncung. Semar atau Ismaya, diberi beberapa gelar yaitu; Batara Semar, Batara Ismaya, Batara Iswara, Batara Samara, Sanghyang Jagad Wungku, Sanghyang Jatiwasesa, Sanghyang Suryakanta. Ia diperintahkan untuk menguasai alam Sunyaruri, atau alam kosong, tidak diperkenankan menguasi manusia di alam dunia.

Di alam Sunyaruri, Batara Semar dijodohkan dengan Dewi Sanggani putri dari Sanghyang Hening. Dari hasil perkawinan mereka, lahirlah sepuluh anak, yaitu: Batara Wungkuam atau Sanghyang Bongkokan, Batara Siwah, Batara Wrahaspati, Batara Yamadipati, Batara Surya, Batara Candra, Batara Kwera, Batara Tamburu, Batara Kamajaya dan Dewi Sarmanasiti. Anak sulung yang bernama Batara Wungkuam atau Sanghyang Bongkokan mempunyai anak cebol, ipel-ipel dan berkulit hitam. Anak tersebut diberi nama Semarasanta dan diperintahkan turun di dunia, tinggal di padepokan Pujangkara. Semarasanta ditugaskan mengabdi kepada Resi Kanumanasa di Pertapaan Saptaarga.

Dikisahkan Munculnya Semarasanta di Pertapaan Saptaarga, diawali ketika Semarasanta dikejar oleh dua harimau, ia lari sampai ke Saptaarga dan ditolong oleh Resi Kanumanasa. Ke dua Harimau tersebut diruwat oleh Sang Resi dan ke duanya berubah menjadi bidadari yang cantik jelita. Yang tua bernama Dewi Kanestren dan yang muda bernama Dewi Retnawati. Dewi Kanestren diperistri oleh Semarasanta dan Dewi Retnawati menjadi istri Resi Kanumanasa. Mulai saat itu Semarasanta mengabdi di Saptaarga dan diberi sebutan Janggan Semarsanta.

Sebagai Pamong atau abdi, Janggan Semarasanta sangat setia kepada Bendara (tuan)nya. Ia selalu menganjurkan untuk menjalani laku prihatin dengan berpantang, berdoa, mengurangi tidur dan bertapa, agar mencapai kemuliaan. Banyak saran dan petuah hidup yang mengarah pada keutamaan dibisikan oleh tokoh ini. Sehingga hanya para Resi, Pendeta atau pun Ksatria yang kuat menjalani laku prihatin, mempunyai semangat pantang menyerah, rendah hati dan berperilaku mulia, yang kuat di emong oleh Janggan Semarasanta.

Dapat dikatakan bahwa Janggan Semarasanta merupakan rahmat yang tersembunyi. Siapa pun juga yang diikutinya, hidupnya akan mencapai puncak kesuksesan yang membawa kebahagiaqan abadi lahir batin. Dalam catatan kisah pewayangan, ada tujuh orang yang kuat di emong oleh Janggan Semarasanta, yaitu; Resi Manumanasa sampai enam keturunannya, Sakri, Sekutrem, Palasara, Abiyasa, Pandudewanata dan sampai Arjuna.

Jika sedang marah kepada para Dewa, Janggan Semarasanta katitisan oleh eyangnya yaitu Batara Semar. Jika dilihat secara fisik, Semarasanta adalah seorang manusia cebol jelek dan hitam, namun sesungguhnya yang ada dibalik itu ia adalah pribadi dewa yang bernama Batara Semar atau Batara Ismaya.
Karena Batara Semar tidak diperbolehkan menguasai langsung alam dunia, maka ia memakai wadag Janggan Semarasanta sebagai media manitis (tinggal dan menyatu), sehingga akhirnya nama Semarasanta jarang disebut, ia lebih dikenal dengan nama Semar.

Seperti telah ditulis di atas, Semar atau Ismaya adalah penggambaran sesuatau yang tidak jelas tersamar.

Yang ada itu adalah Semarasanta, tetapi sesungguhnya Semarasanta tidak ada.
Yang sesungguhnya ada adalah Batara Semar, namun ia bukan Batara Semar, ia adalah manusia berbadan cebol,berkulit hitam yang bernama Semarasanta.
Memang benar, ia adalah Semarasanta, tetapi yang diperbuat bukan semata-mata perbuatan Semarasanta.

Jika sangat yakin bahwa ia Semarasanta, tiba-tiba berubah keyakinan bahwa ia adalah Batara Semar, dan akhirnya tidak yakin, karena takut keliru. Itulah sesuatu yang belum jelas, masih diSAMARkan, yang digambarkan pada seorang tokoh Semar.
SEMAR adalah sebuah misteri, rahasia Sang Pencipta. Rahasia tersebut akan disembunyikan kepada orang-orang yang egois, tamak, iri dengki, congkak dan tinggi hati, namun dibuka bagi orang-orang yang sabar, tulus, luhur budi dan rendah hati. Dan orang yang di anugerahi Sang Rahasia, atau SEMAR, hidupnya akan berhasil ke puncak kebahagiaan dan kemuliaan nan abadi.
(herjaka)
========
ini ada tambahan dari cak Ladrang Rampak. :

Sang Hyang Wenang beranak Sang Hyang Tunggal beranak Betara Ismaya (Semar),Betara Antaga (Togog) dan Betara Manikmaya (Betara Guru/Siwa). Betara Guru beranak 5, salah satunya Betara Bayu…., karena sebuah sebab, Betara Bayu_lah yg menitiskan Bratasena melalui Dewi Kunti…..,

Kemudian dalam Catatannya, tertulis :

Betapa terperanjatnya Sang Bratasena ketika sosok kecil yang membukakan tabir fikiran dan kesadarannya itu memintanya untuk masuk melalui telinganya...., dan Guru Sejati pun berucap : "Sebesar apa dirimu dibanding alam semesta? seisi alampun bisa masuk kedalam diriku.., jangankan lagi dirimu yg hanya sejentik noktah di alam raya? "

*MAAF HANYA CATATAN BIASA.


JM BBW Surabaya

gravatar

Cangkruk Ngilmu Setelah Padhang Mbulan

Cangkruk Ngilmu Setelah Padhang Mbulan

Walau acara PB (Pdhang Mbulan) sudah selesai, untuk tetap mengais-ngais ilmu bersama dulur-dulur, masih sangat terasa. Jam hampir menunjukan pukul 02:00, tapi rasa kantuk tidak ada sama sekali.

“Dasar manungso, perut malah teriak-teriak”. Gerutuku.
Setelah ngambil sepedah motor yang sejak tadi terparkir jauh dari pendopo PB, kemudian mencari-cari warung yang masih buka. Untung saja ada warung kopi (warkop) yang masih buka, yang kebetulan menyediakan Mie Instan.
“Wahh… cukup dech buat ganjal perutku yang sejak dari pertengahan acara PB sudah manggil-manggil”. Mbathinku.

Sebenarnya saat CN bicara tadi, badanku sudah gemetar, “sungguh perut nggak bisa diajak kompromi, tanggung ni..” Walau dengan duduk ala kadarnya, kadang miring, kaki agak diangkat sedikit. Bahkan sambil menahan kentut, malu soalnya kalau ada yang dengar. Hee hee…!! Pengajian tetap berjalan tak pengaruh dengan gerak-gerikku tadi.

Tapi, lha kok ndilalah datang jajan dari arah belakang. “alhamdulillah….ngerti ae Gusti iki” Nogosari berbalut daun pisan mampu mengganjal, menunda gemetarnya badanku.

Kembali ke Warkop.
Saya pesan dua porsi mie instant. Satu untuk saya dan satunya lagi buat adik, yang selalu ketagihan ke mana aja, tiap ada maiyahan.

Di warkop sudah ada 2 orang jama’ah dari Kediri yang sudah memesan duluan. Pada saat itu, Hukum ngantri diletakkan.
“Kriiiiiiiiiiiiiingggggggg……..” HP-ku berbunyi cukup menggetarkan kulitku. Tak piker sms masuk, ternyata ada yang memanggil. Makhluk mana yang malam-malam gini nelphon…” mbathinku.
Ohh….. iya, ternyata cak rudd manggil-manggil saya untuk makan bareng di Ndalem (kediaman ibunda CN).
Wahh..sampean terlambat cak, wis kadung pesen”.
Yo wis marekne sik..”
“ok…”
Selesai juga telephon-telephonannya.

“saya dulu bekerja di pabrik, sana-sini kok terasa malah begini-begini saja, bahkan anak saya empat (4) kali masuk Rumah Sakit”. Pak Makrus mengawali percakapan kami, yang sejak tadi belum keliatan, tiba nimbrung cangkruk dan memesan Mie Instan.

“Pernah saya mimpi ketemu CN (detailnya, tidak ku jelaskan), kemudian pindah kerja, dan ternyata kehidupan keluarga kami adem ayem”. Imbuh pak makrus.

“Lha emang sampean dapat wangsit dari mana, dan seperti apa pak?”. Tanyaku penasaran (biasa arek muda, penuh penasaran gitu.)
“Pernah saya mimpi ketemu CN”. Jawabnya.
Soal seperti apa mimpinya, tidak kusebutkan. Tapi intinya,
“lha iki penggaweanmu..!!”. Dalam mimpi menyebutkan.

Setelah ngobrol ngalor-ngidul, lewatlah rombongan CN, sound system, dll. Untuk meninggalkan desa menturo. Semakin sepi suasana malam itu. Tiba-tiba cak rudd dating sengan semangat membara, kemudian ikut nimbrung bersama kami.
“Lha sampean nggak ikut mantuk cak..??”. tanyaku
“Sepedahku lampune mati”. Balas cak rudd.

Kemudian cak rudd cerita. Selama perjalanan, beliau mengendarai sepedah motor dengan lampu mati, gelap-gulita. Sungguh perjuangan dan perjalanan yang ternilai. Perjalanan apa-pun, entah itu perjalanan mengantar ibu-ibu mau melahirkan, atau apapun. Siapa saja yang degan ikhlas mau melakukannya, itu merupakan perjuangan tak ternilai. Itu kata arek-arek sing sering ngaji. Bisa juga itu kata para KIAI waktu ngisi pengajian-pengajian.

“Tak pikir cuman aku tok sing apes, ternyata ada yang lebih apes maneh ketimbang aku”. Kataku, disambut ketawa kecil oleh dulur-dulur.

Dalam obrolan itu, Sebenarnya saya sungguh salut banget dengan beliau (Cak Rudd). Beliau ini, secara histories, empiris, umurnya dua (2) kali lipat dari umurku. Tapi anehnya, perawakan, wajah beliau masih keliatan muda. Hmmmmmmm……..
Dalam berkumpul, bergaul, beliau tidak pandang. Saya termasuk yang masih sangat dini mengenal PB, tapi beliau kok mau-maunya kumpul, serawung bareng bersama saya.

*Mohon maaf, saya tidak ingin terlalu meng-agung-agungkan CN, apalagi cak rudd. ini cuman dari sudut pandangku saja, lambe-lambeku dewe.

Suroboyo, Jombang, 31 Januari 2010


JM BBW Surabaya

gravatar

Melangkah ke Rumah Sang Jenius (Gus Dur)

Melangkah ke Rumah Sang Jenius (Gus Dur)
(Maaf jika berlebihan, ini tidak lain karena Ta’dzimku kepada beliau)

Tidur yang kira-kira 1 setengah jam, mata dan badan kupaksa merangkak bersamaan keluarnya sang mentari. Saya bersama tiga dulur-dulur berangkat setelah ngobrol ngilmu di depan masjid PB, menturo, jombang.
“Tak adus disek rekk..!!, masio ora atik sabun, sing penting awak kroso segerr”. Kata Cak Rudd langsung bangkit, yang dari tadi habis subuh tidur di sebelahku.

Cangkruk yang sejak dini hari, sejak habis PB, sampai serngenge meltek , ada aja yang diobrolkan. Tidak ada habis-habisnya. Dengan terpaksa, kupaksa untuk menyudahi. Dan ternyata sudah siang. Kemudian dengan langkah gontai, berangkatlah kami.
Pak makrus sebagai penunjuk jalan, mengawali perjalanan kami, ia berada di depan. Saya diberboncengan dengan adik, sedang cak rudd, sendirian.

Sapai juga di depan pondok terbu ireng. Sungguh luar biasa. Bus pariwisata yang dating dari berbagai Daerah, bukan hanya kota, bahkan pernah ada peziarah menggunakan bus dari Timur Tengah. Terus bergantian, sampai memacetkan jalan.
Peziarah sangat membludak, sehingga kami harus berhimpitan dengan ribuan manusia. Di depan pintu gerbang pondok, terdapat arah panah, “Peziarah lewat belakang pondok”, kira2 seperti itu petunjuknya.

Sedikit mengingatkanku peristiwa di depan pintu gerbang saat detik-detik pemakaman Gus Dur. Pas tepat di depan pintu itu, saya nyungsep di antara para peziarah. Sehingga mengakibatkanku berdesak-desakan, dan hampir saja kejebur kali (sungai).
“Dari pada kejebur kali mending jebur ae rek..!” pikirku waktu itu. Maka kedinginan dech badan ini.
Kembali ke topic………!!!

Setelah lewat pintu makam, yang lewatnya belakang pondok, kami lirak-liri ke seluruh penjual pernak-pernik di sekeliling pondok. Mulai Foto Gus Dur masih kecil, masih kuliah di mesir, bersama SBY, sampai foto pernikahan anak beliau semua dijual.
Ada pula kaos bergambar gus dur, CD perjalanan hidupnya, sampai CD 7 hari ke-wafatannya yang diisi oleh CN.

Barokah yang dirasakan penduduk sekitar emang sangat terasa. Ada yang bikin WC umum pas di depan pondok. Ada juga tempat penginapan bagi peziarah yang kemalaman, dll.

Sambil bergerak maju, sampai juga masuk makam. Ternyata peziarah masih terasa membludak sehingga makam gus dur tidak kelihatan sama sekali. Polisi, dan penegak keamanan pondok, di siagakan untuk membuat rambu-rambu lalu lintas manusia (bukan kendaraan). Peristiwa yang tidak ditemukan oleh mantan presiden manapun yang telah meninggal.

Sampai lama sekali kami kesulitan untuk mendekat makam. Hampir saya putus asa.
Cak, mbalik ae yuk…!!” ajakku pada pak makrus.
“Nanggung, gak mungkin isok mbalik, iki dalane sak arah”. Jawabnya.
“Yo wis,…”
Dengan semangat 45, terpaksa saya harus nyenggal-nyenggol peziarah yang kebanyakan ibu-ibu.
Hiiiiiiii…….hiiiiiiii…. merinding…!!

Akhirnya dapat juga tempat buat duduk. Kami ber-empat duduk nylempit di pojok. Entah baca apa, kira-kira nggak sampai setengah jam kami komat-kamit, rasanya udah nggak kuat badan yang dari tadi sudah berkeringat.

Tahlil, takbir dan dengung-dengung peringatan dari pengeras suara yang selalu menyarankan kepada jama’ah agar cari tempat, dan jangan mendekat makam. Tapi namanya saja wong jowo, tetap aja mendekat. Terjadilah gesekan-gesekan seperti saya tadi.
“iki lho mbah kuburane Gus Dur..!!”. salah satu peziarah yang sudah sangat tua memberi tahu temannya yang sama-sama tua.
Gus Dur telah menggegerkan dunia, bukan hanya Indonesia.

===
*Matur sembah nuwun dumateng cak rudd, pak makrus dan tentunya adik saya yang selalu mau ikut Blakrak Ngilmu.
Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

Suroboyo, Jombang, 31 Januari 2010

JM BBW Surabaya

gravatar

Padhang Mbulan dan Induk Jamaah Maiyah

Padhang Mbulan dan Induk Jamaah Maiyah

Bermula dari keinginan untuk “memaksa” agar Emha dapat selalu menyempatkan diri untuk pulang kampung, minimal satu bulan sekali, juga untuk mengantisipasi banyaknya undangan pengajian di Jawa Timur, ketika itu tahun 1992, berlangsung pertemuan keluarga di Jogjakarta, yang akhirnya memutuskan bentuk dari keinginan itu adalah dengan rutin menggelar pengajian, yang oleh Emha diberi nama pengajian Padhang mBulan.

Hingga akhirnya Padhang mBulan berkembang sebagai wahana komunikasi sosial dan workshop sejarah yang merangkum hampir seluruh dimensi nilai aktual yang dialami oleh komunitas yang digelutinya.

Muatan Padhang Mbulan bermacam-macam dan terbuka untuk segala upaya kebaikan dan kebenaran manusia, ia bermuatan spiritual, dialektika ilmu sosial, ilmu hidup, informasi dan pendidikan politik. Karena di Padhanag Mbulan itu berlangsung dialog tentang berbagai persoalan masyarakat mulai dari harga pupuk, tukang blandong dan elit politik, sehingga Padhang Mbulan dengan jamaah maiyahnya bukan saja sekedar peristiwa pengajian tetapi sudah menjadi nilai di dalam masyarakat.

Di setiap Padhang Mbulan, Emha selalu menyatakan bahwa jamaah maiyah ingin membantu Indonesia, minimal tidak merepotkan, tidak mengharap apa-apa, tidak meminta atau memimpikan serta tidak kaget oleh apapun yang dialaminya. Ketika Emha dan Kiai kanjeng lebih banyak menggunakan metode maiyah, Padhang Mbulan-pun menjadi pusat silaturahmi dan komunikasi bagi semua jaringan jamaah Maiyah, terutama dari Jawa Timur dan sekitarnya.

gravatar

Lingkaran Maiyah

Lingkaran Maiyah

Dulu Kiai Kanjeng pentas dan diletakkan di panggung. Mereka ditonton oleh penonton. Kiai Kanjeng yang bermaiyah tidak berada dipanggung dan tidak ditonton siapa-siapa. Mereka duduk melingkar, sehingga terserah orang lain akan bergabung menciptakan lapisan-lapisan lingkaran berikutnya atau tidak. Kiai Kanjeng tidak mempertunjukan musik dan suaranya kepada penonton. Mereka hanya bernyanyi, bershalawat, berwirid, membaca puisi, atau apapun, tetapi yang ada di hadapan mata kesadaran mereka adalah Allah swt.

Maka pada kebanyakan momentum selama ber-maiyah, hampir tak seorangpun di antara mereka yang tidak memejamkan mata. Karena mata wadag hanya sanggup melaporkan penglihatan tentang hal-hal yang sepele: materi, benda-benda, gedung-gedung, lembaran-lembaran uang, kecantikan wanita dan kegantengan lelaki, menara pencakar langit. Dan itu semua bersifat sementara dan sangat gampang hancur.

Jemaah Maiyah serak-serak suaranya untuk Allah. Habis bunyinya untuk mencintaiNya. Bernyanyi, membunyikan alat musik, berkeringat, untuk memelihara hubungan baik dengan Allah. Karena Allah sebagai pengasuh, penyantun, tempat bergantung – tidak bisa diperbandingkan dengan polisi, tentara, menteri ekuin, presiden, pemerintahan, konglomerat, distribusi modal atau apapun saja yang dituhankan oleh sangat banyak orang. Allah berjanji kepada para kekasihnya untuk menjalankan empat fungsi, asalkan oleh para kekasihnya dibeli dengan taqwa dan tawakkal.

* Peran pertama, Allah sebagai pemberi jalan keluar, solusi atas apa saja : coba sebut satu masalah yang Allah tidak sanggup menyelesaikannya!

* Peran kedua, Allah sebagai penabur rizqi melalui jalan, cara, metoda dan modus yang semau-mau Dia, sehingga para kekasih Nya tidak bisa menduga atau memperhitungkannya. Para kekasih Allah tinggal terima jadi, terima matang – anugrah rejeki yang mereka beli dengan ‘mata uang’ taqwa dan tawakkal. Ah, apa sih taqwa? Rindukan Allah kapan saja. menjadikan Allah sebagai tuan rumah batin kita. Tawakkal adalah taqwa yang diperdalam ditancapkan dihujamkan terus menerus.

* Peran ketiga, Allah sebagai manager dan akuntan. Kalau berasmu menipis, jangan memfitnah dan menganggap Allah bersikap acuh tak acuh atas keadaan dapurmu itu. Ia managermu, ia atur nafkahmu, ia jamin penghidupan keluargamu. Engkau cukup menyetor taqwa dan tawakkal.

* Peran keempat, Allah adalah menjadi humasmu, public relation-mu. Keperluanmu atas seseorang atau suatu pihak, kebutuhanmu terhadap akses ini atau itu, disampaikan oleh Allah kepada yang bersangkutan. Engkau cukup memberi ‘honor’ taqwa dan tawakkal.