gravatar

Diplorotin Celananya

Diplorotin Celananya

Sudah berapa lama kita seperti ini. Bahkan Ki Ndableg ngrundel dalam percakapannya setiap hari. Ki Ndableg, terus ngomong ngalor-ngidul tanpa batas. Dan lagi-lagi, ia mengajukan pertanyaan dan kemudian ia jawab sendiri pertanyaan itu.

"Brakkk..."
dibanting pintu kamarnya dengan keras.

"Saya ini bukan Nabi, Malaikat, atau Petani, tukang kebun, apalagi Presiden, Jendral" Ki Ndableg mbentak2 di depan cermin.
"Haa haaa... Lha emang siapa yang ngomong kon iku Nabi, jendral dll..."
dengan wajah serius, lebih dekat Ki Ndableg melotot ke cermin. menjawab pertanyaan sendiri.
"Hehh... rungokno yo cok, saya pake surban, ada org langsung meminta saya ngajari baca qur'an, saya pake mobil, dipinta lagi berapa harganya, darimana asalnya. Tidak ada kedewasaan sedikit-pun."

"haa ha haaaa.... " Ki Ndableg ketawa sambil kakinya mancal-mancal. bahkan sampai ber-jam-jam. Buku, koran kardus yang biasa ia pakai tidur dan sholat, jadi berantakan.
Entah setan apa yang merasuki Ki Ndableg. Seandainya Jin, setan atu iblis manapun, akan takut jika berpapasan dengan Ki Ndableg. Mungkin bukan setan yang merasuki Ki Ndableg, karena sebenarnya setan sendiri takut kerasukan Ki Ndableg.

tiba-tiba
"Matane suwek, matane suwek, matane suwek...."
"Ndas kroaaaaaaak..."
"Diploroti celononeee.........."

otot-otot Ki Ndableg jadi kaku, hingga nyempul keluar, bagai pemain tinju mau jotos lawan.
"Lha sopo sing diploroti celonone Dull....?"
"Haa haaa..... Ndas kroak, dimana dirimu hahh...? lihatlah pada sekililingmu, jangan hanya makan, turu, nelek, makan, turu nelek tok.."
Lag-ilagi Ki Ndableg menjawab pertanyaannya sendiri.

"Dengar, tidak pantas saya menasehati, mengkhutbahi" Ki Ndableg Sambil menunjuk ke seluruh ruangan kamar.
"Duna akhirat yang terpenting adalah apa yg ia lakukan untuk orang banyak, dicatat atau tidak, diketaui atau tidak, masuk koran atau tidak, dapat penghargaan/award atau tidak, itu identitas cok...!!"

"hii hii hiii..."Ki Ndableg mringissss....hingga keliatan gigi2nya yg kuning karena 6 hari hanya mandi sekali saja. bagi dia, itu pun pemborosan.
"Ingat, nabi dan rosul pun cuma diolewati untuk disampaikan kepada semua Jin dan Manusia".

"Selama ini kita tidak terasa sedang dalam pemerkosaan".
"Maksdunya apaaaaaa.>..!!"
Ki Ndableg berdialog sendiri sambil menahan geli.

"Kita dalam satu instansi, lembaga, sekolah, kuliahan, aktivis kemahasiswaan, sedikit-demi sedikit sedang diplorotin celananya".
"kita masih belum diperkosa, masih dipreteli disek....!!"

"diplorotin celananya adalah dibuka habis-habisan Aurat-nya"
"Pendidikan diplorortin hingga terkuak mafia-mafia pendidik yg membohongi murid, dosen main mata dengan mahasiswi-nya, kiai menihaki dua, tiga, lima, bahkan maunya sepuluh santri wanitanya".

"kita dengar dan lihat itu....???"
Ki Ndableg menunjuk ke salah satu lemari yg penuh dengan buku2 perkuliahannya.
"Siapa yang plorotin???"
"lihat..!! informasi-informasi yang begitu cepat, telah mengalihkan pandangan kita"
Ki Ndableg sedikit menahan tangis.

"Hedonisme informasi, feodalisme budaya, ketidak mampuan intelektual, Peteng ndedet-nya spiritual itu semua telah menutupi Aurat-aurat kita"

kali ini Ki Ndableg benar2 menangis. Seperti biasa, semua buku2, majalah koran yang dari dulu menemani ia di kamar, berantakan tak karuan.

"Ada yg melorot ke sumur secara pelan2 oleh prilaku dan statement2-nya sendiri"
"kita ngomong ngalor-ngidul soal ini, itu, karena ada tendensi"

"mendewa-dewakan orang Sholeh di kampung yang sebenarnya masuk ke dalam tempurung"
"Hii hiiii hiiii...." Ki Ndableg tertawa melebihi nini pelet kalau ketawa.

"ndas kroaak...!!"
"katak dalam tempurung maksudnya hal-hal tempurungnya, segala yang melingkupi dirinya sehingga ia mau dianggap baik oleh masyarkatnya".
"sebenarnya ia tidak mengerti persoalan2 masyarakat luas, ia ndak merasa ia sedang dalam tempurung. Tetapi karena dijunjung oleh orang banyak ia baik, ia soleh, ia berjilbab, ia bersorban, ia habis pergi haji dan nggak mau kalau ndak dipanggil Pak haji..!!"

Ki Ndableg sambil melotot matanya.
"Sehinggga pada suatu saat ia akan memalukan bahkan mempermalukan dirinya lambat atau cepat".

Ki Ndableg Mengakhiri dengan nada tegas, seperti sang proklamator RI.

*Begitulah dulur, hari-hari Ki Ndableg selalu bertanya dan menjawab pertanyaannya sendiri.

Suroboyo, 29 January 2010


JM BBW Surabaya