gravatar

Melangkah ke Rumah Sang Jenius (Gus Dur)

Melangkah ke Rumah Sang Jenius (Gus Dur)
(Maaf jika berlebihan, ini tidak lain karena Ta’dzimku kepada beliau)

Tidur yang kira-kira 1 setengah jam, mata dan badan kupaksa merangkak bersamaan keluarnya sang mentari. Saya bersama tiga dulur-dulur berangkat setelah ngobrol ngilmu di depan masjid PB, menturo, jombang.
“Tak adus disek rekk..!!, masio ora atik sabun, sing penting awak kroso segerr”. Kata Cak Rudd langsung bangkit, yang dari tadi habis subuh tidur di sebelahku.

Cangkruk yang sejak dini hari, sejak habis PB, sampai serngenge meltek , ada aja yang diobrolkan. Tidak ada habis-habisnya. Dengan terpaksa, kupaksa untuk menyudahi. Dan ternyata sudah siang. Kemudian dengan langkah gontai, berangkatlah kami.
Pak makrus sebagai penunjuk jalan, mengawali perjalanan kami, ia berada di depan. Saya diberboncengan dengan adik, sedang cak rudd, sendirian.

Sapai juga di depan pondok terbu ireng. Sungguh luar biasa. Bus pariwisata yang dating dari berbagai Daerah, bukan hanya kota, bahkan pernah ada peziarah menggunakan bus dari Timur Tengah. Terus bergantian, sampai memacetkan jalan.
Peziarah sangat membludak, sehingga kami harus berhimpitan dengan ribuan manusia. Di depan pintu gerbang pondok, terdapat arah panah, “Peziarah lewat belakang pondok”, kira2 seperti itu petunjuknya.

Sedikit mengingatkanku peristiwa di depan pintu gerbang saat detik-detik pemakaman Gus Dur. Pas tepat di depan pintu itu, saya nyungsep di antara para peziarah. Sehingga mengakibatkanku berdesak-desakan, dan hampir saja kejebur kali (sungai).
“Dari pada kejebur kali mending jebur ae rek..!” pikirku waktu itu. Maka kedinginan dech badan ini.
Kembali ke topic………!!!

Setelah lewat pintu makam, yang lewatnya belakang pondok, kami lirak-liri ke seluruh penjual pernak-pernik di sekeliling pondok. Mulai Foto Gus Dur masih kecil, masih kuliah di mesir, bersama SBY, sampai foto pernikahan anak beliau semua dijual.
Ada pula kaos bergambar gus dur, CD perjalanan hidupnya, sampai CD 7 hari ke-wafatannya yang diisi oleh CN.

Barokah yang dirasakan penduduk sekitar emang sangat terasa. Ada yang bikin WC umum pas di depan pondok. Ada juga tempat penginapan bagi peziarah yang kemalaman, dll.

Sambil bergerak maju, sampai juga masuk makam. Ternyata peziarah masih terasa membludak sehingga makam gus dur tidak kelihatan sama sekali. Polisi, dan penegak keamanan pondok, di siagakan untuk membuat rambu-rambu lalu lintas manusia (bukan kendaraan). Peristiwa yang tidak ditemukan oleh mantan presiden manapun yang telah meninggal.

Sampai lama sekali kami kesulitan untuk mendekat makam. Hampir saya putus asa.
Cak, mbalik ae yuk…!!” ajakku pada pak makrus.
“Nanggung, gak mungkin isok mbalik, iki dalane sak arah”. Jawabnya.
“Yo wis,…”
Dengan semangat 45, terpaksa saya harus nyenggal-nyenggol peziarah yang kebanyakan ibu-ibu.
Hiiiiiiii…….hiiiiiiii…. merinding…!!

Akhirnya dapat juga tempat buat duduk. Kami ber-empat duduk nylempit di pojok. Entah baca apa, kira-kira nggak sampai setengah jam kami komat-kamit, rasanya udah nggak kuat badan yang dari tadi sudah berkeringat.

Tahlil, takbir dan dengung-dengung peringatan dari pengeras suara yang selalu menyarankan kepada jama’ah agar cari tempat, dan jangan mendekat makam. Tapi namanya saja wong jowo, tetap aja mendekat. Terjadilah gesekan-gesekan seperti saya tadi.
“iki lho mbah kuburane Gus Dur..!!”. salah satu peziarah yang sudah sangat tua memberi tahu temannya yang sama-sama tua.
Gus Dur telah menggegerkan dunia, bukan hanya Indonesia.

===
*Matur sembah nuwun dumateng cak rudd, pak makrus dan tentunya adik saya yang selalu mau ikut Blakrak Ngilmu.
Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

Suroboyo, Jombang, 31 Januari 2010

JM BBW Surabaya